BISNIS SYARIAH Vs BISNIS SAMPAH

Salah seorang menteri mengungkapkan rasa syukur atas masuknya 10 perusahaan Indonesia, 6 diantaranya adalah perusahaan plat merah, dalam kategori 2000 perusahaan paling untung  di dunia versi Forbes. Tiga perusahaan berperingkat tertinggi tersebut semuanya adalah perbankan, lebih tepatnya lagi perbankan ribawi.

Pertanyaannya, lantas apanya yang disyukuri?


Salah seorang terkaya di Indonesia mengungkapkan rasa bangganya karena masuk sebagai salah satu orang kaya di dunia versi Forbes 2012. Sama seperti tahun sebelumnya, dalam rilis daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2012, peringkat tiga besar orang terkaya di Indonesia ditempati pebisnis yang bergerak di produksi rokok dan perbankan ribawi. Pertanyaannya, lantas apanya yang dibanggakan ?

Hari ini,  kita dapat saksikan dalam berbagai informasi, ungkapan rasa syukur dan bangga yang dikemas dalam berbagai bentuk pemberian penghargaan, award, tasyakuran, selamatan, pencatatan rekor, pesta, launching produk, launching program dan lain-lain. Padahal kalau kita simak, penghargaan yang diperoleh (misalnya) adalah pembawa acara gosip terfavorit, pencatatan rekor kontes maksiat, syukuran pembukaan cabang bank ribawi, selamatan penayangan film horor semi porno, launching program bunga ringan dan sebagainya. Sama pertanyaannya, lantas apanya yang disyukuri ?

Barangkali kalau konser Lady Gaga sampai terlaksana, promotor Big Daddy juga akan melakukan hal yang sama, syukuran atas sukses terselenggaranya konser Mama Monster Lady Gaga di Indonesia.

Alhamdulillahnya, konsernya Lady Gaga Gagal. Bagi kita barangkali terasa aneh, namun tahukah kita bahwa justru kebanyakan orang merasa perlu untuk melakukan syukuran  atau apapun namanya atas hajat maksiyat mereka ?

BISNIS SYARIAH VS BISNIS SAMPAH

Ada beberapa model pengkategorian bisnis, salah satunya jika dilihat dari aspek landasan aqidah atau dasar berbisnis, biasa dikenal dengan kategori bisnis syariah dan bisnis non syariah (konvensional).  Bagi seorang muslim, berbisnis secara syariah bukan saja sebagai sebuah kebutuhan namun tentu juga sebuah kewajiban, setidaknya karena 3 alasan :
1.   Bahwa syariah adalah konsekuensi dari iman. Sedangkan orang beriman wajib terikat dengan hukum syariah. Allah SWT berfirman : “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (TQS 4 : 65).
Salah satu bentuk keterikatan dengan hukum syariah adalah dengan menjalankan bisnis syariah.  Tentu saja sebaliknya, bagi yang tidak mau terikat dengan hukum syariah dengan menjalankan bisnis tidak secara syariah, keimanannya bisa dipertanyakan (TQS Al Maidah 44, 45, 47).  Sehingga jika tidak berbisnis secara syariah, bisnis itu layak disebut sebagai bisnis sampah.

2.   Bahwa syariah merupakan solusi masalah manusia sebagaimana yang Allah SWT firmankan :
“..Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
(TQS 16 : 89).
Menjalankan bisnis secara syariah merupakan salah satu bentuk pelaksanaan syariah Islam yang akan menjadi solusi permasalahan manusia. Tentu saja sebaliknya, bagi yang menjalankan bisnis tidak dilandasi syariah akan membuat permasalahan manusia tidak akan terselesaikan sehingga bisnis yang seperti itu layak juga disebut sebagai bisnis sampah.
“Jika urusan diserahkan kepada bukan ahlinya (tidak menjalankan Syariah), maka tunggulah kehancurannya.” [HR Bukhari]

3. Bahwa syariah jika diterapkan akan membawa rahmat atau maslahat sebagaimana yang Allah SWT firmankan :
“Dan tidaklah Kami utus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(TQS 21 : 107).

Menjalankan bisnis secara syariah merupakan salah satu bentuk pelaksanaan syariah Islam yang akan membawa rahmat bagi manusia. Tentu saja sebaliknya, bagi yang menjalankan bisnis tidak dilandasi syariah tidak akan mendapat hakekat maslahat, justru malah bisa mendatangkan fasad sebagaimana dalam firman Allah SWT :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS 30 : 41).

Nah, jika ada bisnis yang justru mendatangkan fasad (kerusakan) tentu lebih pantas untuk disebut sebagai bisnis sampah.
Jadi, mau pilih yang mana, bisnis syariah atau bisnis sampah ?
Pertanyaan selanjutnya, walaupun bisnis sampah, mengapa kebanyakan orang tetap saja berlomba-lomba melakukannya? Apa sih penyebab orang sedemikian bernafsu menjalankan bisnisnya, walaupun bisnisnya terkategori bisnis sampah?

MOTIVASI BERBISNIS
Setidaknya terdapat 3 jenis motivasi ketika seseorang hendak melakukan sesuatu. Jenis motivasi ini sangat menentukan kuat tidaknya dorongan seseorang melakukan aktivitas, termasuk jenis motivasi ini juga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan aktivitas bisnis.
1. Motivasi Material atau Financial (al quwwah al madiyyah)
Motivasi material atau financial biasa juga dikenal sebagai motif kebendaan. Motivasi  ini merupakan dorongan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun nalurinya ataupun sarana yang bisa memenuhi  keduanya. Motivasi seseorang bekerja ataupun berbisnis kebanyakan muncul dari jenis motivasi ini. Ada kalanya mereka berbisnis untuk memiliki uang berlimpah, mobil mewah, perhiasan yang wah ataupun rumah yang megah.  Namun, motivasi kebendaan ini bukanlah motivasi tertinggi yang tidak bisa dikalahkan sama sekali. Justru motivasi ini merupakan motivasi terendah dibanding dua jenis motivasi yang lainnya.

2. Motivasi Emosional (al quwwah al ma’nawiyyah)
Sesuai namanya, motivasi emosional merupakan dorongan yang muncul karena emosi yang melibatkan perasaan seseorang. Aktivitas bekerja ataupun berbisnis seseorang sangat mungkin terdorong oleh  perasaannya yang tidak ingin dilecehkan, tidak mau dihinakan, rasa malu karena gak berpangkat ataupun takut hidup melarat. Sebaliknya, mereka akan merasa bangga jika kehormatannya terangkat, prestise-nya meningkat, gaya hidupnya dianggap bermartabat dan gengsinya melesat jika status konglomerat tersemat dan melekat kuat.

Itulah kenapa acara-acara yang menyentuh rasa gengsi dan prestise seperti acara pemberian penghargaan kepada seseorang yang dianggap berprestasi sangat digemari masyarakat terutama pelaku bisnis. Bahkan tak sedikit dari mereka yang memiliki slogan, biar tekor asal kesohor, biar nyonyor yang penting pamor.

Nah, walaupun jenis motivasi karena faktor emosional ini lebih kuat dibanding motivasi kebendaan, namun ini bukanlah motivasi tertinggi seseorang. Artinya, dorongan emosional seseorang sebesar apapun masih bisa ditahan dan dikalahkan oleh jenis motivasi yang lainnya sebagai berikut.

3. Motivasi Spiritual (al quwwah arruhiyyah)
Tentu kita pernah mendengar kisah kepahlawanan seorang pemuda jutawan nan tampan rupawan. Anak bangsawan idaman para gadis dan perawan. Dialah Mush’ab bin Umair, sahabat nabi yang terkenal sebelumnya sebagai hartawan, namun dia tinggalkan semua demi sebuah perjuangan.  Pun demikian dengan sahabat Utsman dan juga Abdurrahman yang juga dikenal sebagai hartawan yang dermawan. Bagaimana mereka bisa melakukan itu semua?  Tak lain tak bukan karena mereka memiliki dorongan spiritual.

Motivasi spiritual adalah dorongan yang muncul karena kesadaran hubungannya dengan Allah SWT yang dibangun diatas dasar keimanan dan ketaqwaan. Motivasi inilah yang membuat orang rela meninggalkan apa saja asalkan Allah ridho terhadapnya. Motivasi inilah yang membuat orang selalu siap berkorban apapun untuk mewujudkan harapan dan tujuannya, dan motivasi inilah yang membuat orang tak kan pernah putus asa karena dia yakin Allah pasti akan selalu menolongnya. Inilah motivasi tertinggi dan terkuat yang seharusnya dimiliki pengusaha muslim sebagaimana dulu dimiliki para sahabat ketika menjalankan bisnis dan perdagangannya.

Apa karena motivasi spiritual para sahabat kemudian menjadi miskin dan sengsara? Tentu saja tidak, justru bisnis mereka semakin tumbuh dan berkembang seiring dengan keyakinan dan keimanannya yang semakin kuat menancap didadanya sebagaimana tergambar dalam doanya, “ Ya Allah, jadikanlah dunia dalam genggaman tangan kami, bukan di hati kami…”

Oleh karenanya, kita hanya punya satu pilihan : Menjadi Pejuang dengan meraih ‘Berkat’ dan Berkah di bisnis Syariah atau tetap berkecimpung dalam Bisnis Sampah. Terserah Andalah, kalau saya mah ogah bisnis sampah..

source :  pengusaharindusyariah.com

0 Response to " BISNIS SYARIAH Vs BISNIS SAMPAH "

Post a Comment