Ketika Salah Mengaplikasikan Spirit “Man Jadda Wa Jada”
4:03 AM
adhamcorner
,
0
Comments
Siapa yang tidak mengenal pepatah
berbahasa Arab ini “Man Jadda Wa Jada”. Terlebih lagi ketika
sepenggal kalimat ini menjadi jargon dalam film negeri 5 menara yang
tayang serentak tanggal 1 Maret 2012 di bioskop tanah air. Ya, sepenggal
kalimat inspiratif yang mampu memberikan semangat dalam meraih
cita-cita dan impian. “Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan
berhasil”. Namun dapat dipastikan saya tidak akan hadir di bioskop
untuk menontonnya. Mengapa? karena di kota tempat saya tinggal memang
belum memiliki gedung bioskop. Kasihaaaan deh……!!!
Kembali ke Man jadda wa Jada yang begitu
membius, sampai-sampai disebut bak sepenggal mantra ajaib. Mengapa
sepenggal, karena sepenggalnya lagi memang masih ada, yaitu “Man Saaro’
Aladdarbi washola” yang artinya ” Siapa yang berjalan pada jalannya
(trek yang benar), maka dia akan sampai di tujuan. Supaya tidak sekedar
mantra sakti penghias dinding, tentu saja harus diaplikasikan.
Nah, bagaimana mengaplikasikannya? Kata
kuncinya adalah jadda, bersungguh-sungguh. Tentu kita harus
pintar-pintar memilih jalan untuk mengaplikasikannya. Pilih yang Tuhan
ridho atau sebaliknya. Sejatinya man jadda wa jada harus diaplikasikan
dengan kerja keras, cerdas dan halal. Hard work, smart work dan halal.
Penggalan berikutnya adalah tujuan atau target yang ingin dicapai, yaitu ad-darb, jalan. “Saaro” adalah modal yang harus dimiliki, yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang baik. Kalau dalam manajemen bahasa kerennya adalah Knowledge, Skill dan Attitude. Pengetahuan bisa didapat dari mana saja, ketrampilan bisa diasah dan dilatih terus menerus, namun yang jadi sandungan adalah ketika kita tidak memiliki attitude atau sikap mental yang baik.
Lihat saja berapa banyak yang sudah
mengaplikasikan spirit ini dalam hidupnya, meniti karir dari bawah,
menaiki anak tangga demi anak tangga dengan kesungguhan dan perjuangan.
Dan ketika cita-cita sudah dicapai, jabatan dan posisi idaman sudah
dalam genggaman, man jadda wa jada ditinggalkan, ad darb sudah
melenceng dari lintasannya. Terbuai dalam zona nyaman, tidak mau
bersusah payah lagi, kalau bisa didapat dengan mudah, mengapa harus
mempersulit diri. Akhirnya harus turun dengan cara menyakitkan, jatuh
dan terhempas. Tak heran bila setiap hari kita dijejali dengan berita
penipuan, penggelapan dan korupsi.
Yang memprihatinkan adalah pelaku-pelaku
yang menjadi berita tersebut belakangan ini adalah orang-orang muda.
Apakah mereka salah mengaplikasikan sepenggal mantra sakti man jadda wa
jada. Ya, mungkin saja dalam proses mencapai tujuannya itu walau
dengan kerja keras namun menghalalkan segala cara. Keluar dari
trek/lintasannya karena tidak kuat menghadapi godaan yang amat dahsyat.
Ditambah lagi bila berada dalam sistem yang memang sudah korup.
Sehingga ketika belum sampai di puncak, sudah gamang. Karena makin ke
atas, memang makin kencang angin bertiup.
Man jadda wa jada harus diterapkan terus
menerus, walaupun sudah berhasil meraih apa yang diimpikan. Mungkin
maknanya diperluas, misalnya harus eling dan waspada. Sehingga
bila sewaktu-waktu harus turun bisa turun dengan terhormat, mulus dan
elegan.
Bila belum berhasil, tidak boleh patah semangat, man shabara
zafira, siapa yang bersabar, akan beruntung. Jangan lupa usaha keras
yang kita lakukan harus diiringi dengan doa, bila kita berhasil itu
bukan semata-mata hasil kerja keras kita, tetapi atas izin-Nya. Dan yang
terpenting adalah menyadari bahwa semua yang kita miliki adalah
pinjaman dari-Nya, sehingga kita menjadi orang yang pandai bersyukur.
Yuk jadikan spirit “Man Jadda Wajada wa
Man Saaro’ Alad-darbi Washola” dalam kehidupan kita. Semoga kesuksesan
yang dicapai berkah dan memberi manfaat bagi banyak orang.
source: http://sosbud.kompasiana.com/2012/03/02/ketika-salah-mengaplikasikan-spirit-man-jadda-wa-jada/
0 Response to " Ketika Salah Mengaplikasikan Spirit “Man Jadda Wa Jada” "
Post a Comment